Follow Us
Beranda / Banda Aceh / Walikota Banda Aceh buka workshop sadar wisata

Walikota Banda Aceh buka workshop sadar wisata

Reporter: BISNIS ACEH
  | Selasa, 04 Agustus 2015 15:28 WIB

Banda Aceh - Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Sa'aduddin Djamal SE membuka secara resmi Workshop Peningkatan Kapasitas Masyarakat Sadar Wisata yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banda Aceh.


Kegiatan yang dilangsungkan di Aula Lantai II, Gedung C, Balai Kota Banda Aceh, kegiatan ini diikuti oleh 80 peserta yang berasal dari Kelompok Sadar Wisata empat desa yakni, Gampong Ulee Lheue, Lampulo, Punge Blang Cut dan Gampong Pande.

Kadisbudpar Banda Aceh Fadhil SSos MM melalui Kabid Pembinaan dan Pegawasan Zainal Arifin SSos, mengatakan, kelompok sadar wisata ini diisi oleh tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda keempat gampong tersebut.
Adapun tema workshop yang digelar selama dua hari ni yakni "Melalui Workshop Peningkatan Kapasitas Masyarakat Sadar Wisata, Bersama Kita Wujudkan Banda Aceh Sebagai World Islamic Tourism".

“Tujuan kita ingin memberikan pemahaman kepada peserta soal pencanangan Banda Aceh sebagai world islamic tourism (destinasi wisata islami dunia). Kita juga memberikan pemahamam akan pentingnya sektor kepariwisataan guna meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya yang berdomisili di sekitar objek wisata.”

Selain itu, lanjut Zainal, pihaknya juga memberikan materi Sapta Pesona dalam rangka peningkatan pelayanan kepada para wisatawan. Sapta Pesona sendiri merupakan sebutan bagi tujuh unsur pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di Indonesia, yakni Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan.

Sementara yang akan menjadi pemateri dalanm workshop ini antara lain Kadisperindagkop dan UKM Rizal Junaedi SE serta Kadisbudpar Banda Aceh Fadhil SSos MM. Ada pula pemateri dari pihak Dinas Kebudayaan Aceh dan Akademisi.
Usai melakukan penyematan badge secara simbolis kepada perwakilan peserta, Wali Kota Illiza dalam sambutannya mengapresiasi kehadiran Kelompok Sadar Wisata di
sejumlah desa di Banda Aceh yang ia nilai sangat mempengaruhi kemajuan sektor pariwisata.
“Bukan pemerintah saja yang harus berjuang agar kota kita semakin ramai dikunjungi wisatawan, masyarakatnya juga harus mengambil peran karena output yang ingin kita hasilkan adalah meningkatnya perekonomian masyarakat,” kata Illiza.

“Semakin kita sadar akan rahmat Allah yang dibawa oleh para tamu yang datang ke tempat kita, tentu kita harus terus berbenah diri dan petuah indatu pemulia jame adat geutanyo harus kita pegang teguh," sambungnya.

Wali Kota juga mengharapkan agar sarana pendukung di sekitar objek wisata diperhatikan dengan baik, seperti toko-toko souvenir maupun kunjungan wisatawan ke sentra-sentra produksi kerajinan. “Banyak potensi yang bisa kita angkat, mulai dari wot dodoi, asam keueng hingga kerajinan bordir. Kita upayakan wisatawan bisa datang langsung melihat proses produksinya, belajar maupun membeli karya masyarakat kita.”

Selain pelatihan-pelatihan kepada masyarakat, pihaknya kata Illiza juga terus berupaya membenahi fasilitas maupun infrastruktur dalam Kota Banda Aceh. Salah satunya relokasi Pasar Ikan Peunayong ke kawasan Gampong Lampulo. “Penayong akan kita jadikan kawasan heritage dengan konsep waterfront city. Sementara di Lampulo akan kita bangun Pasar Terpadu yang berdekatan dengan TPI.”

Sejumlah proyek lainnya, ungkap Illiza, antara lain revitalisasi Taman Sari (Bustanulsalatin) dan Taman Putro Phang serta pembangunan gedung Madani Education Center di lahan seluas tujuh hektar di kawasan Lampineung.

Sementara di sektor transportasi, Banda Aceh juga terus berbenah. Selain proyek flyover dan underpass di kawasan Simpang Surabaya, dalam waktu dekat akan Pemko Banda Aceh akan menyediaakan 32 bus plus Halte. “Untuk tahap awal, akan dibangun dua koridor yakni Ulee Lheue-Bandara SIM dan Pusat Kota-Darussalam,” tambah Illiza.

“Salah satu tujuan pembangunan ini untuk memberikan kenyamanan bagi para wisatawan yang datang ke daerah kita. Objek wisata tsunami juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi mereka, dan yang tak kalah penting adalah suasana penerapan Syariat Islam di Kota Banda Aceh.” pungkas wali kota.


Komentar Anda