Jakarta - Realisasi penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 diperkirakan hanya mencapai Rp 1.100 triliun, atau kurang Rp 195 triliun dari target Rp 1.295 triliun. Mungkinkah APBN ini bakal jebol karena tidak bisa membiayai kebutuhan belanja yang besar?
Proyeksi ini membuat pemerintah harus berupaya keras menjaga defisit anggaran tidak melebihi ketentuan, yakni 3% dari PDB. Karena ada kecenderungan belanja negara di kuartal IV selalu progresif atau melonjak dibandingkan kuartal sebelumnya.
Eric Sugandi, Ekonom Kenta Institute menilai, pemerintah akan sulit menggunakan 100% anggaran belanja yang jumlahnya Rp 1.984,1 triliun. Kemungkinan hanya terealisasi 85-90%, atau di bawah proyeksi pemerintah yang mencapai 93%.
"Saya tidak yakin defisit anggaran akan ke 2,6% dari PDB nominal, walau ada shortfall (kekurangan) penerimaan pajak. Ini karena penyerapan anggaran pemerintah tidak optimal, masih di kisaran 70% dari target APBN-P 2015 per Oktober. Perkiraan kami serapan anggaran tahun ini ada kisaran 85-90%," ujarnya, Kamis (5/11/2015)
Menurutnya, pemerintah tidak perlu menginisiasi untuk pemangkasan belanja, sebab lambatnya realisasi belanja merupakan hal alamiah. Seiring dengan proses birokrasi yang masih jauh dari yang diharapkan.
"Jadi mungkin tidak perlu ada pemotongan anggaran di pos," sebutnya.
Dalam APBN-P 2015, defisit anggaran dipatok sebesar 1,9%. Eric optimistis di akhir tahun hanya akan mencapai kisaran 2,3 dan 2,4%. Tambahan pembiayaan juga akan lebih diarahkan kepada bilateral dan multilateral.
"Tahun ini pemerintah akan menggunanakan pinjaman bilateral dan multilateral kalau ada shortfall financing. Jadi bukan mengeluarkan SBN (surat berharga negara)," kata Eric.
Sumber: Detik.com