Follow Us
Beranda / Kolom / Mengelola Waralaba, mencetak sejuta pengusaha

Mengelola Waralaba, mencetak sejuta pengusaha

Reporter: SAIFUDDIN ~ FUTURE TRADING COUNSULTANT
  | Selasa, 04 September 2012 16:35 WIB

Saifuddin-konsultanFOTO : Dok PribadiSaifuddin-konsultan

Tergelitik dari sebuah kenyataan, bahwa untuk dapat menikmati makanan favorit dengan cita rasa yang khas, seseorang rela melakukan perjalanan dari satu titik ketitik lainnya, mengalahkan kemacetan lalu lintas, mengorbankan waktu dan biaya yang mungkin jumlahnya jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menikmati makanan itu sendiri.

Banyak dari penyedia jasa (penjual makanan) tersebut adalah pedagang kecil yang berjualan dipinggir jalan atau di kaki lima, tapi cita rasa yang mereka miliki menjadikan mereka lebih diminati daripada produk yang disajikan di hotel berbintang lima, tapi sayangnya modal cita rasa yang sangat kuat tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

Dari hasil survey, investigasi, observasi dan interview yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sedikitnya ada tiga kendala utama bagi mereka untuk dapat mengembangkan usaha mereka yaitu kekurangan sumber daya manusia, kekurangan modal usaha dan kurangnya waktu dan pengetahuan untuk memulai mengembangkan usaha tersebut.Pengalaman dengan latar belakang berbeda memberikan pelajaran berharga seyogyanya untuk mengembangkan suatu konsep baru, konsep yang berbasiskan waralaba (kemitraan) ini akan dapat menguntungkan semua pihak, pihak konsumen akhir diuntungkan bahwa mereka dapat menikamati makanan favorit tidak jauh dari tempat tinggal mereka, pedagang kecil akan menjadi produsen besar, pegawai akan menjadi pengusaha, pengangguran akan menjadi pekerja dan pemerintah akan melihat statistik kemakmuran akan meningkat setiap tahunnya.

Every Day One Entrepreneur (EDOE)

Sosiolog David McClelland berpendapat,”Suatu negara bisa menjadi makmur bila ada entrepreneur (pengusaha) sedikitnya 2% dari jumlah penduduknya”. Sedangkan Indonesia hanya  memiliki 0,18% enterprener dari jumlah penduduknya atau 400.000-an orang saja yang menjadi pengusaha. Sehingga angka ini masih jauh dari angka kemakmuran. Faktor-faktor yang menyebabkan suatu negara menghasilkan banyak pengusaha diantara lain adalah, insentif sebagai pengusaha diperbesar, seperti kemudahan membuka badan usaha, keringanan pajak,  ‘pembunuhan’ pungli oleh para aparat yang juga cukup penting adalah fasilitas kredit usaha dengan bunga ringan.

Berbicara tentang fasilitas kredit, prioritas kami adalah memanfaatkan sumber dana dari koperasi terutama koperasi karyawan dari perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, tentunya yang mudah untuk mengakses sumber dana tersebut adalah anggota koperasinya atau karyawan dari perusahaan yang bersangkutan, sehingga salah satu yang perlu dirumuskan adalah “mengubah status karyawan menjadi pengusaha”. Selain itu semua karyawan yang bekerja dibawah manajemen disyaratkan untuk mengikuti program “saya calon pengusaha”, yaitu mereka membeli paket kemitraan/waralaba dengan cara mencicil (dipotong) dari gaji bulanan selama 2 tahun. Dengan target dan mekanisme formulasi tersebut, maka kita optimis bahwa dua tahun pertama pertumbuhan bisnis ini akan mengikuti deret hitung dan setelah 2 tahun pertumbuhannya akan mengikuti deret ukur, sehingga dalam waktu kurang dari 25 tahun kedapan kita sudah dapat berkotnribusi terhadap republik ini dengan kerja nyata mencetak satu juta pengusaha bekualitas.

 

Aktifitas bisnis hanya focus pada 3 menu utama dan satu menu tambahan

1.      Memperbesar usaha pedagang kecil menjadi produsen besar.

Dalam upaya untuk menjalankan aktifitas bisnis ini, pihak produsen akan diikat dalam satu pernjanjian kerjasama dengan pihak manajemen, dimana pihak produsen tidak dibenarkan untuk menjual produknya kepada pihak lain selain untuk usaha sendiri dan kebutuhan jaringan manajemen. Semua kebutuhan peralatan dan bahan baku tambahan yang diperlukan untuk meningkatkan kuantitas produksi akan disponsori oleh pihak manajemen. Desain kemasan, pengawetan dan distribusi mengikuti standar yang ditetapkan manajemen, jika pihak produsen menginginkan tenaga kerja tambahan dapat merekrut sendiri atau dibantu oleh manajemen.Pihak produsen yang difasilitasi hanya sebanyak 8 produsen dengan jenis produk yang berbeda setiap tahunnya, pemilihan produsen yang dipilih sepenuhnya menjadi wewenang manajemen dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun.

2.      Mencetak tenaga kerja dan pemberi jasa layanan berkualitas prima

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dapat memberikan pelayanan prima kepada pelanggan baik untuk kebutuhan produsen maupun kebutuhan setiap gerainya, maka pihak manajemen berkomitmen secara terus menerus merekrut dan mendidik tenaga kerja yang sesuai untuk kebutuhan setiap gerainya, mereka akan dilatih cara memberikan pelayanan, menggunakan system informasi manajemen dan keuangan (standar) dan juga mengolah makanan untuk penyajian sesuai dengan kebutuhan gerai yang akan ditempatkan.

 3.      Mengubah status karyawan/pegawai menjadi pengusaha.

Tenaga Pemasar (Marketing Agent) akan bekerja secara terus menurus untuk meyakinkan setiap calon pengusaha (terutama dari kalangan karyawan/pegawai swasta) untuk mulai berfikir menjadi pengusaha denngan system kemitraan atau bisnis waralaba (franchising). Manajemen akan melakukan kerjasama dengan semua koperasi karyawan yang ada untuk membantu para karyawan yang ingin membuka bisnisnya dan mendapat bantuan modal dari koperasi mereka masing-masing.

Menu tambahan adalah pelayanan purna jual yang juga merupakan salah satu focus terpenting yang akan diberikan oleh manajemen kepada semua rekan bisnisnya, hal ini untuk menjawab kekhawatiran bahwa ditengah kesibukannya sebagai karyawan/pegawai perusahaan lain tidak mungkin untuk dapat menjalankan usaha tertentu secara maksimal. Pelayanan purna jual yang kami berikan adalah perawatan system informasi keuangan yang memungkinkan semua rekan bisnis dapat memantau informasi keuangannya secara online selama 24 jam, selain itu juga manajemen berkomitmen penuh untuk melakukan pemantauan secara rutin dan bimbingan teknis pengelolaan usaha dan pelayanan kepada semua rekan bisnis dan karyawannya.

Pengelolaan Perusahaan

Corporate governance memberikan checks and balances antara konsumen, direksi, manajemen dan investor untuk membangun perusahaan yang bernilai positif secara jangka panjang.Tanggung jawab direksi meliputi: mengukuhkan filosofi perusahaan; memonitor, menasihati, mengevaluasi, mengkompensasi, menilai dan menyetujui strategi dan rencana kerja dari pihak manajemen. Direksi juga menilai dan menyetujui tujuan perusahaan secara finansial, menjaga etika dan ketaatan dengan hukum dan regulasi, mengaudit dan memonitor asas-asas dan dokumen perusahaan; mengevaluasi sendiri efektivitas dalam pelaksanaan tanggung jawab.Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam banyak bidang, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan makanan dan minimum yang terus meningkat setiap hari, maka sangat potensial untuk meningkatkan jumlah pemilik bisnis.Dengan populasi jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa, lebih dari 70% berpusat di Jakarta. Dan sebagai ibukota negara, Jakarta juga memiliki paling banyak perusahaan dan usaha dari berbagai ukuran dimana, mereka bertumbuh dalam komunitas yang sama, saling berkompetisi secara keras demi pertumbuhan bisnis.

Perkembangan dan pertumbuhan industry pengelolaan waralaba (franchising) di Indonesia sejak mulai berdiri hingga sekarang terlihat sangat signifikan, baik dari pertumbuhan jumlah para produsen yang kesemuanya adalah pemilik usaha yang mengembangkan kuantitas produksinya, maupun peminat waralaba (franchise) sistim bisnis ini.

Meskipun bisnis waralaba ini bukan hal yang asing lagi di Indonesia, namun masih banyak usaha/bisnis potensial untuk dikembangkan belum digarap secara professional dan juga banyak peminat system waralaba yang terkendala dengan modal awal (joining fee),  sehingga potensi tersembunyi ini jauh lebih besar dibandingkan yang sudah diekplorasi  apabila ingin dikembangkan secara professional.

Dari hasil survey, interview dan analisis pasar yang dilakukan terhadap kemampuan beli, khususnya karyawan/pegawai yang tergabung dalam anggota koperasi karyawan, dimana modal usaha mereka (untuk membeli paket) tergantung dari kesepakatan pinjaman yang diberikan oleh pihak koperasi, dapat disimpulkan bahwa besaran investasi 45-50 juta rupiah merupakan besaran harga yang masih bias terjangkau.

Dengan asumsi bunga pinjaman 10% per tahun dan jangka waktu pengembalian pinjaman selama 5 tahun, maka pegawai/karyawan harus mencicil sebesar Rp. 916.667,- per bulan yang dipotong dari gaji karyawan/pegawai tersebut. Karyawan yang dapat mengakses pinjaman koperasi dengan ketentuan diatas adalah minimal yang mempunyai gaji minimal 2 juta per bulan atau pada level manejer tingkat pertama (Bottom Line Manager). Jika jangka waktu pengembalian selama 8 tahun, maka karyawan akan dipotong gajinya sebesar Rp. 572.917,- setiap bulannya, ini berarti bahwa semua pegawai yang mempunyai penghasilan minimal Rp. 1.500.000 perbulan sudah dapat mengakses pinjaman ini sehingga bias dijangkau oleh semua karyawan pegawai.

Apakah dengan sisa gajinya tersebut  seorang karyawan/pegawai masih dadapat bertahan hidup?, jawabannya adalah pasti bisa dan malah pendapatannya jauh lebih besar dari gaji yang biasa diterima setiap bulannya. Untuk bulan pertama, koperasi membebaskan pemotongan cicilan, dengan asumsi bahwa usaha sedang dalam proses start-up, pada bulan kedua dan seterusnya, pada saat koperasi sudah mulai menagih cicilan pinjamannya, seorang karyawan sudah berstatus menjadi pegusaha dengan pendapatan bersih minimal (Asumsi Pesimis) sebesar Rp.3.400.000,- per bulan.

 

Analisis Pasar, Peluang, Tantangan dan BEP

a.      Produsen

Produsen dalam criteria ini adalah pedagang yang sudah memulai bisnisnya minimal 5 tahun dan mempunyai cita rasa makanan yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia umumnya atau masyarakat diwilayah tertentu pada khususnya. Bagi pedagang kecil atau pedagang kaki lima yang sudah mempunyai cita rasa baku dan sudah teruji, maka peluang untuk pengembangan usaha ke berbagai titik, wilayah, daerah atau propinsi menjadi sangat terbuka dan menguntungkan. Makanan yang unik dan khas (terutama dari cita rasanya) akan selalu mendapat tempat di pasar bahkan direlung pasar yang penuh persaingan sekalipun, hal ini mengacu pada asumsi bahwa manusia aka berusaha mencari jenis makanan baru dan berusaha untuk makanan jenis makanan/minuiman berbeda setiap harinya (menghindari kebosanan konsumsi).

Pengembangan usaha produsen dari pedagang kecil menjadi produsen besar nyaris tanpa resiko (beresiko sangat kecil), karena produksi baru akan dilakukan setelah pihak manajemen memastikan bahwa pembeli franchise benar-benar sudah siap untuk memulai usahanya, artinya sekali produksi pasti langsung terjual atau dengan kata lain dalam bisnis ini diterapkan konsep Just in Time dan mengacu pada format job order.

Ada beberapa perkiraan keuntungan produsen yang akan bergabung dengan sistem ini, diantaranya adalah estimasi perhitungan pesimis, moderat (rata-rata) dan optimis.

-  Asumsi Pesimis

Asumsi pesimis adalah asumsi perkiraan rugi laba aktifitas usaha yang didasarkan pada kemampuan menjual paket waralaba hanya satu paket waralaba (gerai) dalam jangka waktu 3 bulan dan juga kemampuan gerai (pembeli waralaba) menjual produk kepada konsumen akhir (end user) hanya 50 porsi per hari.

b.      Pemilik Gerai

Target utama program ini adalah mengajak karyawan/pegawai yang tergabung dibawah beberapa asosiasi serikat pekerja berfikir dan menjadi pengusaha waralaba (franchising), tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk mempromosikan kepada masyarakat umum secara luas. Kenapa harus karyawan dan kenapa harus bisnis waralaba?, pertanyaan mendasar ini terjawab oleh kondisi dan peluang yang sangat potensi saat ini, selama seseorang masih menjadi karyawan dan pada umumnya berbagung menjadi anggota koperasi karyawan (Kopkar), maka orang tersebut sebenarnya mempunyai akses terhadap modal usaha (dari koperasi mereka) yang tidak dimiliki oleh orang lain yang belum bekerja atau bukan anggota koperasi. Karena mereka masih berstatus karyawan/pegawai, maka bisnis yang paling tepat untuk mereka jalankan adalah bisnis waralaba (franchising), tinggal kemudian bagaimana mereka memilih group pengelolaan waralaba yang setia secara bersama-sama dan secara terus menerus saling membantu mengembangkan bisnis demi keuntungan bersama.

Pilihan memilih bergabung dengan sistem ini adalah pilihan yang tepat dan bijaksana, karena bukan hanya menjual paket waralaba secara “beli-putus”, tetapi juga menyediakan pelayanan purna jual kepada pembeli francise/franchisor (selanjutnya disebut  “pemilik gerai”). Pelayanan purna jual yang kami tawarkan antara lain konsultasi bisnis secara online selama 18 jam per hari, bimbingan untuk pemilik gerai tentang trik dan tip mengelola, mengontrol dan mengambil keputusan bisnis tanpa mereka terlibat didalamnya secara day to day, perawatan dan perbaikan system manajemen informasi dan keuangan seumur hidup yang memungkinkan pemilik gerai mengontrol arus kasnya setiap hari selama 24 jam, bimbingan pelayanan terhadap karyawan gerai termasuk penggantian karyawan jika ada yang mengundurkan diri atau dianggap tidak dapat menjalankan SOP yang telah ditetapkan dan satu tawaran yang sangat menarik dari FFM adalah buy back guarantee, dimana pihak manajemen menjamin akan mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan oleh pemilik gerai, jika pertemubuhan bisnis tidak sesuai dengan analisis kami dan atau pelayanan yang kami berikan tidak sesuai dengan yang kami janjikan.

Asumsi moderat (rata-rata) adalah asumsi dimana setiap gerai hanya mampu menjual 75 porsi makanan/minuman setiap harinya, pada kondisi ini pemilik gerai akan mendapatkan keuntungan bersih minimal 8,4 juta per bulannya, jika pemilik gerai harus membayar cicilan pinjaman modal sebesar Rp. 916.667 (jangka waktu pinjaman 5 tahun) atau Rp. 572.917,-(jangka waktu pinjaman 8 tahun) setiap bulannya, maka pemilik gerai masih mendapatkan keuntungan bersih berkisar antara 7,4 – 7,9 juta per bulannya.

Dalam hitungan yang lebih matematis, jika pemilik gerai menginvestasikan modal usahanya sebesar 45-50 juta, maka dalam jangka waktu 2,5 – 9 bulan sudah dapat mengembalikan semua pinjaman modalnya atau dengan kata lain, rata-rata BEP (Break Event Pont) yang ditawarkan oleh FFM adalah 4,2 bulan. Bagaimana kalo kondisi ini tidak tercapai?, setelah minimal 6 bulan usaha berjalan dan pengahsilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka FFM akan menawarkan 2 pilihan kepada pemilik gerai, menyesuaikan kembali metode promosi dan pelayanan dengan kondisi masyarakat setempat atau menjual kembali kepada manajemen dengan harga beli kembali sebesar 90% dari harga paket.

c. Keuntungan Pihak Manajemen

Keuntungan lembaga yang mendedikasi dirinya untuk pengembangan pengusaha kecil menjadi pengusaha berkelas dan menjadi produsen besar (jika diperlukan diberikan pinjaman modal tambahan dalam bentuk peralatan dan bahan baku), mengubah mind set (pola fikir) karyawan menjadi pola fikir dan menjadi pengusaha, serta medidik pengangguran menjadi karyawan yang bukan hanya berfikir menjadi karyawan yang baik tetapi juga berfikir layaknya investastor, semua karyawan yang bergabung dibawah manajemen iniakan menjadi pemilik gerai/pengusaha dalam jangka waktu 2-3 tahun setelah mereka bergabung.

Untuk semua kerja keras dan upaya tersebut tidak mengambil biaya jasa apapun, misalnya untuk :

1.  Produsen

- bebas biaya desain logo, kemasan dan atribut promosi

- bebas biaya pembuatan konsep usaha (SOP)

- bebas biaya konsultasi manajemen termasuk hukum dan etika bisnis waralaba

- bebas biaya penyusunan panduan yang sederhana dan mudah diduplikasi kepada pembeli

- bebas biaya daftar merk (jika belum terdaftar)

- bebas biaya pendaftaran di Departemen Perdagangan untuk mendapatkan STPW (surat tanda perdaftaran waralaba) gabung ke asoasi franchise yang ada.

2. Pemilik Gerai

- bebas biaya instalasi system manajemen informasi dan keuangan (standar)

- bebas biaya Training, bimbingan dan pengawasan terhadap kinerja karyawan gerai

- bebas biaya konsultasi manajemen termasuk hukum dan etika bisnis waralaba

- bebas biaya training kewirausahaan bagi pemilik gerai

- bebas biaya perawatan software dan jaringan internet

Sesuai dengan motto kami “bersama kita bangun kesejahteraan”, maka manajemen berkomitmen untuk tidak mengambil biaya apapun sampai semua usaha dibawah manajemen berjalan, berproduksi dan menguntungkan. Setelah semua usaha tersebut berjalan sesuai yang direncanakan, maka akan mengenakan biaya pengelolaan (management fee) sebesar 5% dari total produk yang diproduksi oleh produsen dan juga mengenakan biaya sebesar 5% dari total keuntungan bersih yang didapat setiap gerai per bulannya.

   


Komentar Anda