Follow Us
Beranda / Sosok / Edi Fadhil dan hobinya membantu sesama

Edi Fadhil dan hobinya membantu sesama

Reporter: BISNIS ACEH
  | Kamis, 22 Oktober 2015 17:32 WIB


TIAP orang memiliki hobi beragam, ada yang hobi memancing, bermain musik, golf, balap motor, dan hal lainnya. Namun, pemuda yang dikenal Waspada ini punya hobi yang berbeda.

Bang Edi Fadhil, begitu banyak orang menyebut nama sosok pemuda yang lahir 31 tahun lalu di Montasik Aceh Besar ini. Saat Waspada menemuinya, Senin (19/10) di Banda Aceh, sorot mata tajam namun penuh persahabatan terpancar kuat.

Saat Waspada bertanya apakah ini sebagai bentuk amal, Fadhil hanya menjawab begini; "jangan bang, saya takut GR kalau dianggap amal, anggap saja ini sekedar hobbi saja bang. Jadi lebih 'fun' kesannya kan? Ujarnya.

Nah, ilustrasi begini, katanya, Kalau ada orang yang hobbi memancing dan mau berkorban membeli alat pancing dan mengorbankan waktunya untuk memancing, nah kawan-kawan dan saya punya pandangan yang sama untuk hobbi seperti ini.

Edi Fadhil menyebutkan, saat ini dirinya memiliki anak dampingan lebih dari 60 orang, dan kesemuanya rata-rata putus sekolah dengan berbagai ragam masalah, dari persoalan konflik keluarga, ditinggal oleh ayah yang seharusnya memberi nafkah, dan ada juga yang orangtuanya cacat sehingga tidak mampu lagi mencari nafkah untuk membiayai anaknya sekolah.

Nah, terang Edi, panggilan akrabnya, dalam menjalankan kerja-kerja sosial dan sekaligus menyalurkan hobi, dirinya juga dibantu oleh temannya, dan kesemua yang dilakukan pihaknya murni gerakan sosial.

Pada dasarnya, kata Edi, semua manusia yang hidup di Indonesia ini memiliki keinginan untuk membantu sesama, jadi, sambungnya, saya dan kawan-kawan hanya menyambungkan antara kehendak orang untuk membantu, dengan orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.

"Jadi saya tidak kerja sendiri, dibantu teman-teman, juga donatur dari Indonesia, dan juga beberapa negara lain," sebutnya.

Dalam menggalang bantuan, biasanya, jelas Edi, dirinya kerap memberikan profil anak yang putus sekolah dengan latar belakang keluarga yang benar-benar susah untuk dibantu kepada para donatur.

Nah, lanjut Edi, kepada para donatur itu kita kirim foto anak, catatan singkat tentang anak, kondisi keluarga si anak, dan alasan mengapa anak tersebut tidak bersekolah.

Jadi kepada para donatur yang hendak membantu, kita kirimkan lebih dari satu profil anak-anak yang butuh bantuan, sehingga donatur itu yang memilih siapa yang hendak mereka bantu, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

"Nah kadang-kadang ada donatur yang langsung bersedia membiayai semua profil anak yang kita kirim," sebut Edi.

Untuk membiayai anak, kita sudah tetapkan jumlah bantuan perbulan untuk dibantu oleh donatur, dan kepada kawan-kawan yang bergabung dalam gerakan ini saya tekankan untuk tidak boleh meminta atau mengambil biaya dari donatur untuk kegiatan lain, seperti survei anak, uang bensin, makan dan minum selama kunjungan. "Nah biaya-biaya seperti itu tidak kita minta sama donatur, tapi itu kita keluarkan sendiri," jelasnya.

Memang, kata Edi, ada beberapa donatur yang mencoba memberi uang lebih dengan berbagai alasan, tapi itu tegas kita tolak.

Sembari menggeser kursi duduknya, Edi berucap bahwa dirinya percaya Allah senantiasa membantu memberikan jalan denga berbagai macam cara atas yang dilakukannya saat ini.

"Kadang, ada hal yang sama sekali tidak kita tidak duga dan sangka tentang cara Allah memberikan pertolongan," ungkapnya.

Suami dari Nurul Akmal dan ayah dari Alam Zulfikar Akbar ini menegaskan bahwa, tiap sedekah dari donatur adalah amanah, dan selaku pihak yang diberikan kepercayaan, dirinya selalu mencatat tiap rupiah yang diberikan oleh donatur tersebut. "Ini sedekah orang, dan saya bertanggungjawab dunia akhirat atas kepercayaan tersebut," ujarnya.

Sumber : epaper.waspadamedan.com


Berita Terkait
    Komentar Anda