BANDA ACEH - RUMAH panggung berdinding papan itu sangat kontras dengan rumah lainnya yang megah. Pagar rumah itu terbuat dari kawat duri berwarna agak coklat, namun bukan karena cat, tapi sebab hampir seluruhnya telah dimakan karat.
Untuk masuk kerumah tersebut, kita harus membuka pagar yang juga terbuat dari kawat duri yang dikombinasi dengan besi dan papan yang telah keropos sebagian. Halaman rumah itu tidak luas, dan kita harus menapaki 5 anak tangga yang terbuat dari semen.
Tujuan Waspada mendatangi rumah tersebut, terkait dengan informasi yang disampaikan bahwa, ditempat ini hidup seorang perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci, dan pada tahun ini juga yang bersangkutan akan menunaikan ibadah haji.
Seorang pria tua yang rambutnya telah memutih menyambut kedatangan Waspada, Senin (24/8), dan ketika Waspada bertanya perihal perempuan bernama Kak Ni yang akan menunaikan ibadah haji dari hasil kerja kerasnya menabung dengan menjadi buruh cuci, pria tua itu membenarkannya. "Iya ini rumahnya, dan dia anak saya," katanya.
Setelah menunggu beberapa saat didalam rumah, muncullah seorang perempuan yang mengenakan jilbab panjang bewarna coklat. Ia membungkus tangannya dengan jilbab besarnya saat bersalaman dengan Waspada.
"Saya Nuranini, biasa dipanggil Kak Ni," ucapnya.
Perempuan ini lebih banyak menundukkan wajahnya saat berbicara, dan sesekali menjawab pertanyaan Waspada dengan panjang lebar. "Allhamdulillah, berkat kehendak Allah SWT, saya tahun ini dapat menunaikan ibadah haji ke Mekkah," katanya melanjutkan pembicaraan.
Sebenarnya, lanjut Kak Ni panggilan akrabnya yang mengaku saa ini usainya sudah memasuki 40 tahun, niat ibadah haji telah lama Ia tanamkan didalam hati, dan tekad untuk benar-benar dapat menjalankan niat tersebut, sejak tahun 2003 dirinya rajin menabung dari hasil pekerjaannya sehari-hari sebagai buruh cuci. "Saya mencuci di dua rumah orang, dirumah pertama gaji saya Rp300 ribu perbulan, dan dirumah kedua gaji saya Rp200 ribu perbulan," ungkapnya.
Tiap bulan, dari hasil jerihnya mencuci, Nurani, menitipkan uangnya kepada ibunya untuk disimpan, dan itu dilakukannya sejak 2003 hingga 2009. "Uang gaji saya sebagai buruh cuci, tiap bulannya saya titip di rekening ibu," jelasnya dengan bahasa Indonesia dan terkadang bercampur bahasa Aceh.
Pada tahun 2009, uang yang saya tabung direkening Ibu, saya ambil semua, dan ternyata jumlahnya sudah mencapai Rp20,5 juta, dan dengan uang itulah pada tahun tersebut saya daftarkan haji. "Jadi saya daftar haji sejak 2009," ujarnya.
Usai menyetor biaya haji dan mendaftarkan diri, tiap tengah malam saya selalu bangun dan berdoa kepada Allah, agar niat saya untuk menunaikan ibadah haji dapat terkabul, dan Alhamdulillah, pada awal tahun kemarin saya mendapatkan kabar bahwa tahun ini saya mendapatkan kesempatan untuk bisa naik haji ke Baitullah.
"Allhamdulillah ya Allah, semua berkat kehendak-MU," ucap Nurani, dan tanpa Ia sadari tetes air mata sempat jatuh dari sudut matanya saat Ia mengucapkan kata tersebut.
Dengan uang tambahan hasil tabungannya sejak 2009-2015, Nurani melunasi biaya ibadah perjalanan haji, yakni sebesar Rp32 juta. Dan Ia telah ditetapkan sebagai salah satu jamaah haji asal Indonesia yang akan masuk Asrama Haji pada tanggal 8 September 2015, dan akan terbang ke Arab Saudi pada 9 September 2015, yang tergabung dengan Kloter I asal Aceh.
Saat saya mengurus administrasi untuk keperluan ibadah, banyak tetangga yang sinis, dan bahkan tidak percaya. "Saya bilang dan minta doa kepada tetangga bahwa saya akan naik haji tahun ini, dan mereka tak percaya, seraya berkata, loh uang darimana, jual tanah yah," ungkapnya. Dan tentunya ucapan para tetangganya itu dikarenakan kondisi ekonomi dirinya yang lemah, orang tuanya yang sudah tua renta, dan pekerjaannya yang hanya sebagai buruh cuci, sambungnya.
Atas ucapan para tetangganya itu, Nurani selalu senyum dan sabar. Ia kerap menjelaskan kepada tetangga yang lain yang secara ekonomi sama dengan dirinya, bahwa jika manusia berkehendak dan berniat sungguh-sungguh, maka Allah selalu memberikan jalan dan rezeki.
Anak dari pasangan Ramli dan Bariyah ini, saat ini hidup bersama satu orang adiknya, dan bersama kedua orangtuanya yang renta. Anak ke-4 dari 7 bersaudara ini mengaku sudah sejak 3 bulan lalu Ia tidak lagi menjadi buruh cuci.
"Sudah tiga bulan saya tidak mencuci lagi, sebab waktu-waktu ini saya gunakan untuk belajar ilmu agama, dan tata cara beribadah haji," paparnya. | sumber : Harian Waspada.